CERPEN TENTANG CINTA

09.30 Unknown 2 Comments



“I HAVE FOUND YOU”
Written By Fitrah Ramadhan


Tak pernah ku tau kapan pastinya dia mulai menyapaku..
Hingga saat ini,
Aku pun juga tak tau kapan pastinya aku mulai tersapa olehnya..
Yang aku tau,
Hanya,
Bahwa sekarang aku terjebak dalam perasaan oleh cintanya..
Saat ini,
Aku tenggelam dalam samudra indah cintanya..
Dimana,
Saat aku mulai mencoba menepi ke segala arah,
Hanya cintanya yang aku temui.
            “Kamu di mana mbak?” 1 received message di inbox telepon selulerku.
            “Di Cosova lagi nge-Lunch sambil nunggu teman2mu kumpul.” Message sent sebagai balasan sms sms yang barusan masuk ke inboxku.
            Tak lama kemudian tubuh jangkungnya datang berarak bersama cahaya di pintu masuk Cosova tempat makan di samping kampusku. Kedatangannya seperti menghantar keteduhan di mataku dari silau cahaya yang sedari dari melototiku karena aku duduk di kursi paling depan dekat dengan pintu. Aku sedang lunch dengan Syta sahabatku sembari menunggu kedatangan teman sekelasku Fathy.
Hari ini ada agenda nonton gratis di salah satu gedung bioskop di kota apel ini. Agenda ini sebagai ganti kelas yang ada di jadwal hari ini. Jadi ya seperti pindah kelas, yang mulanya di gedung kuliah D-103 ke gedung C-21 alias Cinema 21. Dengan aturan sama seperti dikelas, tetap di absent, dan pada pertemuan depan mengumpulkan resuman dari film yang telah kita tonton. Rencananya aku mau berangkat bareng dengan Fathy karena Syta gak satu kelas denganku dimata kuliah ini. Masalahnya, aku belum pada akrab dengan orang-orang di kelas itu. Secara, aku dengan tiga temen cowokku adalah new comer di kelas itu. Jadi, saat ini aku dengan tiga temen cowokku tadi sedang menempuh dan mengulang mata kuliah yang udah pernah kita tempuh. Hebat kan? Kita sekarang semester 7 dan sedang satu kelas dengan adik angkatan semester 3. Keren banget dah! Jadi senior alias buyut di dalam kelas. Parahnya diantara temen-temenku sesama ngulang, aku cewek sendiri. Omigod…
“udah selesei mbak makannya? Temen-temen udah pada kumpul lho” sapanya padaku yang sedang melahap gado-gado.
“Eh, Ghulam. Makan yok sini! iyaaah.. udah mau kelar kok ini..” tandasku.
“Saya sudah makan mbak, makasih. yaudah, kalo gtu selesein dulu dah makannya! Aku tak ke temen-temen dulu, soalnya aku yg kebagian ngoordinir temen-temen. Nanti mbak ketempat ngumpul  yah?!” katanya lagi.
 “nggeeh” jawabku dengan logat bahasa jawaku
“Mari Mbak!?” sapanya ke Syta
“iya-iya mari..” jawab Syta biasa. Karena mereka belum kenal.
Cuma Ghulam dan Alfy yang deket denganku di kelas ini. Aku deket dengan mungkin karena mereka kasihan ngeliat aku paling tua sendiri di kelas mereka. Sebagai sesepuh yang kesepian. Maklum tiga temen cowokku tadi pada males-malesan masuk kelas. Mentang-mentang udah bertemen akrab dengan Pak Rizky dosen matkul ini. Kalo Ghulam, aku emang udah kenal di kelas semester lalu.
Dari pintu Cosova kulihat Fathy datang. Aku langsung melenggang menujunya dan Syta langsung pulang. Dari arah gerbang kampus Ghulam berjalan dengan teman-teman sekelasnya menuju jalan raya buat nyetop angkot. Dia melewatiku dan Fathy,
“ Mbak duluan yha Ghulam.. Nanti ketemu disana!” Seruku sambil melenggang bersama Fathy dengan mathic-nya.
Akuh melaju bersama Fathy menuju kelas di ruang C-21 untuk menonton film yang sebenarnya sudah pernah kulihat. Ini kita lakukan semata-mata hanya untuk mengisi absent. Tanpa ada prasangka apapun akuh meninggalkan Ghulam.
Interaksi singkat ini tidak menyisakan apa-apa di hatiku. Sama sekali tak pernah terduga hari itu aladah hari dimulainya cerita hatiku dengan Ghulam, orang yang sampai sekarang memenuhi setiap sudut bagian tubuhku dan hidupku.
            Sungguh tak pernah kuduga sebelumnya. Pun juga tak pernah ada sdikit sangkaanku, apalagi dalam rencana dan skema rencana kehidupanku, bahwa aku akan menemukan cinta seperti ini, dengan jalan seperti itu, dan dengan orang seperti dia. Bagaimana tidak? Aku merasa istimewa dan satu-satunya dengan satu jalur ceritaku ini dalam sekian banyak jalan dalam peta kehidupanku. Istimewa..  Karena aku dengannya seperti dua kutub magnet yang sangat, sangat, dan sangat berbeda tetapi saling dempet.
            Tidak pernah terduga, aku, Nayla, yang sedari kecil hidup di lingkungan pesantren bakal jatuh cinta dengan Ghulam playboy kelas ikan paus dari pulau sebrang. Aku yang notabenenya sama skali tidak pernah berani dengan yang namanya makhluk berkelamin lelaki, kecuali ayahku, bisa jatuh cinta dengan dia yang popular dan suka kepopuleran diantara para cewek. Aku, Nayla yang dalam hidup cenderung berjalan dengan dengkul perasaan daripada logika bisa jatuh hati dengan dia orang yang sangat logis, (tapi bukan berarti tak berperasaan). Dan, aku, Nayla yang lembek, penakut, dan lamban bisa terpanah asmara dengannya seorang yang keras, kasar, dan berlebihan tegasnya. Aku yang penuh dengan hati, sedang dia sama sekali tidak romantis.
            Dan yang mungkin paling tidak umum, (mungkin ini yang membuatku merasa istimewa dan satu-satunya), waktu itu, aku semester 7 dan dia semester 3. Yah, in short, aku terlahir tiga tahun lebih dulu daripada Ghulam.
            Cintaku dengannya berawal dari kisah cinta kami masing-masing yang kurang senyuman. Aku yang di khianati oleh mantan pacarku. Sedang dia di tolak sama cewek gebeten bin idamannya. Entah bagaimana kisah kami bermula. Awalnya just for fun yang akhirnya bisa menimbulkan tangisan. Mulanya saling berbagi masalah masing-masing hingga akhirnya tak lagi merasa sebagai orang asing. Hingga suatu hari:
            “Mbak bolehkah saya menemani mbak disisa waktu mbak?” Ghulam mengirim sms ambigu yang membacanya saja aku aku tak bisa faham.
            “Hey… salah kirim Ghulam!” Balasku singkat.
            “Enggak mbak.. Mbak Nayla mau jika saya jadi pelindung mbak Nay?” Wuih.. pujangga banget sms Ghulam. Aku hanya bisa tersenyum. Bagiku pantang mengejek orang. Entah tulus entah tidak, saat itu masih belum ada pertimbangan itu di hatiku. Hatiku masih males dengan cowok. Kepengen kaya dulu, saat-saat masih SMA sama skali gak ada cowok dalam kamus hidupku.
            “Sadarkah kamuh Ghulam dengan apa yang kamuh katakan? Aneh-aneh aja kamu...” smsku menutup perbincangan kita.
            Ntah kenapa, waktu-ke waktu kedekatan kita yang awalnya biasa menjadi ternilai di hatiku. Aku menemukan rasa nyaman dari Ghulam. Rasa indah, ceria, senang, dan aku sudah sama sekali lupa dengan luka hatiku dimasa lalu. Hilang, tak berbekas sedikitpun. Aku mulai menilai dan memperhatikannya. Seperti tanpa kusadari aku merasa ingin dimilikinya.
            “Mbak ingatkah saat di Cosova yang saya nyamperin mbak yang kita mau ke bisokop kelas Pak Rizky itu? Itu aku sengajain buat jemput mbak biar bareng aku. Tapi mbak malah pergi motoran sama Mas Fathy. Mangkel, males dah aku jadinya.” Aku Ghulam suatu hari ke aku.
            “Trus, inget gak? Pas selesei kelas Pak Rizky yang mbak Nay mau pulang, lalu aku ngikut mbak dengan alasan aku mau beli minuman di toko yang searah dengan jalan mbak  Nay pulang. Sebenarnya bukan itu mbak tujuanku, tapi saya pengen jalan bareng aja sama mbak Nay. Bisa aja kan saya beli di Kopma yang lebih deket dari pada ditoko di luar kampus?” tambah Ghulam.
            Sejak saat itu, ntah kapan pasti dan tepatnya, kita menjadi satu. Nayla milik Ghulam, dan Ghulam milik Nayla. Kesempatan masa muda dulu untuk mengenal cinta, rasanya baru kurasakan bahkan disaat aku berada disemester akhir kuliahku. Teman-temanku bilang, bahwa puberku telat.
            Hari semakin hari, aku makin jatuh, dan mungkin tanpa kusadari aku menjadi terhuyung-huyung dalam cintaku dengan Ghulam. Dari apapun, dari segala-galanya, aku bahagia dan aku benar-benar merasa benar-benar jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Dengan Ghulam. Yah dengan cowok yang jauh lebih muda dariku. Seperti aku berada disatu titik memutuskan, aku, Nayla cewek yang lebih tua dari Ghulam telah menjatuhkan cinta dan hatiku pada Ghulam cowok yang lebih muda dariku.
            Bisa dibilang, dulunya aku cewek katro yang takut cowok. Bagaimana tidak? Dulu nih, pacaran aja karna solid-solid-an sama teman se-genk. Nge-genk berlima, Cuma aku yang nggak punya cowok. Mana mungkin bisa punya cowok? Ngomong di telepon sama cowok aja udah kaya orang gagu. Sampe pernah ada salah satu mantan aku dulu kasih julukan ke aku “patung hidup”, mungkin saking nggak bisanya aku jika harus ngomong dengan cowok. Baik itu di telepon, apalagi langsung, siap-siap aja di bilang cewek bisu. Setiap kali punya cowok yang nyariin ya temen-temen se-genk. Ibarat cinta itu sebuah tumbuhan, mereka yang milih bibit, menanam, merawat, menyemai, sampai berbunga. Kalau bukan mereka yang menyemai, ya aku gak bisa-bisa punya pacar. Intinya, beberapa kali pacaran seperti itu. Demokrasi dari teman-teman bukan dari kemauanku sendiri. Pacarku yang terakhir aja, mantan teman se-genk itu. Itupun aku gak cinta-cinta banget. Hanya terharu ada cowok yang mau memperjuangkan aku yang katro ini sampai sebegitunya. Dan sekali dikhianati, aku langsung ajak “cut”. That’s my last time.
            Ghulam telah mengisi penuh diri dan kehidupanku. Dari yang mulai kita sembunyi-sembunyi karna takut ketahuan oleh teman-temanku dan teman-teman Ghulam. Sampai akhirnya kita apa adanya dan nggak sembunyi-sembunyian lagi alias blak-blakan dengan hubungan kita. Ghulam sering mengajakku ke acara-acaranya, begitu juga sebaliknya. Yang dulunya dia manggil mbak, dan menggunakan kata “saya” sebagai bahasa formalnya kepadaku, akhirnya dia menggalku dengan sebutan “Bego”. Katanya sieh itu panggilan sayang. Dasar anak-anak labil fikirku. Dikontak hpnya saja kontak dikasih nama “Si Bego My Nay”.
            Pernah suatu hari ketika kita kita dengan teman-teman kita berlibur di sebuah kolam renang di Dieng. Saat aku mau nyebur kolam. Dia meneliti aku, dan berkata:
            “Copot ithu gelang kakimu! Kalo ilang akuh gak mau nyariin pokonya.” Ketus, tapi mendalam. Perkataannya bagai bahasa filosofis bagiku.
            Dia memang jarang berkata manis di sms layaknya cowok-cowok diluar sana, tapi dia adalah orang yang pertama kali akan menyita hp ku, bahkan mematahkan kartu hp ku kalo ada cowok lain yang berlangganan mencari perhatianku. Dia adalah orang yang pertama kali dan satu-satunya yang kan memelintir kepalaku jika aku melihat cowok dengan seksama. Hanya dia, seorang Ghulam, cowok satu-satunya yang berani bertengkar ricuh dengan tukang parker indomart disamping pesantrenku karna telah berani menggoda dan menggangguku. Dan dia adalah orang yang membuat akuh semakin terhuyung dalam arus cintanya saat suatu hari mantan cowokku, Arby ngajakin balikan dengan politik licik, dengan cara mengambil hati ibuku. Hingga suatu saatu Ibuku sangat menginginkan aku balikan dengan Arby. Dan dititik itu Arby merasa menang atas diriku. Dan Ghulam berkata:
            “Bukan Aku Nay yang merebut kamu dari Arby, tapi Dia yang merebutmu dariku”. Rintihnya malam itu saat kita dikampus.
            Deg! Rasanya, rela seluruh hidupku ku abdikan padamu Ghulam. Tak ada susuatupun yang ku sembunyikan dari Ghulam. Aku percaya padanya sama seperti aku mempercayai diriku sendiri. Soal Arby pun semua aku ceritakan. Namun Arby tak tau menahu soal Ghulam.
            “Ghulam.. seperti apapun Arby memperuangkanku, kiblat hatiku tetap kamu.” Kuyakinkan dia. Dan memang seperi itu yang benar-benar aku rasakan dihatiku.
            Karna politik Arby yang begitu hebat terhadap ibuku. Sampai akhirny ibuku punya persepsi bahwa Ghulamlah penyebab putusnya hubunganku dengan Arby. Dan saat aku jujur kepada Ibu tenang perasaanku terhadap Ghulam. Ibu sontak menyuruhku putus dengannya. Apa yang harus kulakukan dengan situasi ini? Hati ku sudah termiliki oleh Ghulam. Namun bukan berarti aku tak mau menurut terhadap Ibu. Hingga di suatu titik, Ibu benar-benar membenci Ghulam. Karna bagi Ibu ini pertama kalinya aku tidak patuh terhadap beliau sepanjang hidupku saat ini. Dan bagi Ibu, itu karna Ghulam. Ghulamlah penyebab aku durhaka. Meski pada kenyataannya tidak seperti itu. Hingga untuk pertama kalinya, demi ornag yang pertama kali menjamah hatiku, aku berbohong kepada Ibu bahwa iya, saya telah putus hubungan dengan Ghulam. Dan dengan berat hati aku menjalin hubungan lagi dengan Arby, Demi Ibuku.
            Tak ada yang ku sembunyikan dari Ghulam, kita saling mengenal lewat hati. Tentunya dia tau bagaimana aku. Betapa aku merasa orang paling jahat di dunia ini membiarkan diriku berstatus dengan orang lain sedang hatiku masih berkiblat dengan Ghulam. Betapa Ghulam bisa menerima kondisiku, tetap saja, rasa bersalah di hatiku tak mampu aku tebus dengan apapun.
Kita tetap dengan diri kita. Kita tetap indah dengan diri kita sendiri dengan semua elemen yang ada pada kita. Perbedaan usia, sindiran orang-orang, perbedaan karakter, situasi rumit ini, semua telah naïf di mata kita. Ghulam bilang:
 “Apapun yang terjadi yang perting kita bersama saat ini Nay..”
Tuhan.. bagaimana mungkin aku tidak bersyukur atas rasaku dan rasanya yang telah Engkau perkenankan bersemayam di hati kami. Sudah tak ada lagi rasanya yang aku minta pada-Mu Tuhan. Hidupku kini telah sempurna dengan Ghulam.
Ghulam memang keras, kasar dan egois. Tapi dibalik semua sifat itu ada cinta dan perhatian yang besar terhadapku. Dia memang rajanya gengsi. Tapi aku cinta itu. Bagaimanapun dia, terserah bagaimana orang menilai dia, aku tetap punya penilain tersendiri tentangnya. Dengan kacamataku sendiri. Karna cinta ini, semua pandangan perfectsionist dan idealis gak pernah ada lagi dalam pandanganku. Ketika yang lain menyebutkan karakter dari tipe idaman cowok masa depan mereka, itu sudah gak berlaku lagi bagiku. Aku tak butuh tipe apapun dan karakter bagaimanapun. Semua tipe dan karakter telah ada padanya.. Ghulam Muhammad.. aku telah bosan dengan yang idealis apalagi perfeksionis. Aku tak butuh semua itu. I love everthing inside of him.
“Kalo aku jadi kamu Nin, aku gak akan pernah ninggalin Ghulam. Apalagi sampai punya hubungan dengan cowok lain. Jangankan tanpa Ghulam, tidak melihatnya satu hari saja itu seperti mencoba bernafas dalam air bagiku!!!” dengan air mata yang hamper tumpah Kata-kataku meledak dengan emosi di suatu hari kepada Nina, orang yang pernah dicintai Ghulam tapi dia menolaknya.
Sepertinya Nina mulai menaruh hati pada Ghulam. Kini dia mencari hati yang dulu mencintainya. Dia ingin memperjuangkan cinta yang dulu pernah ada untuknya. Lama dia mengejar Ghulam. Hingga kini dia mulai transparan kepadaku. Dengan nyata dia memelas, memohon kepada Ghulam tepat didepanku saat kita sedang duduk-duduk di gazebo kampus. Aku tidak selemah itu. Cintaku bukan imajinasi. Cintaku nyata terhadap Ghulam. Gak semudah ithu Dia bisa menginjak-nginjak harga diri cintaku dengan Ghulam. Dia membalasku:
“Tapi khan itu Kamu Nay Bukan Ghulam! Dulu ghulam mencintai aku begitu dalam. Aku tau bagaimana dia mencintaiku. Dan aku yakin gak semudah itu rasa dia untukku hilang begitu saja. Gak mikir tah, mungkin saja kamu itu adalah pelarian Ghulam dari aku!? Sekarang kamu Tanya Ghulam, Dia memilih aku atau kamu?” Matanya sinis, tajaim, bibirnya sangat menyindir.
Tak tahan menahan dada yang ingin membuncah. Aku berlari meninggalkan mereka berdua menuju toilet kampus. Tanpa ku sangka Ghulam ternyata menjawab:
“Itulah yang membuat akuh gak bisa ninggalin Nayla Nin,,” Singkat. Ghulam lalu dia mencari aku.
Setelah agak tenang, aku keluar dari toilet, dari kejauhan Ghulam berlaru menujuku.
“Aku Cuma gak mau kehilangan kamu Ghulam.. Maaaphkan aku soal Arby. Itu diluar kuasaku. Situasiku sulit.” Kataku sambil menyeka sisa-sisa air mata dimataku. Ghulam tersenyum dan mengelus kepelaku.
Hari ini hari wisudaku. Aku dan Ghulam telah sepakat untuk berbicara tentang hubungan kita ke orang tua kita masing-masing. Dan kita sepakat akan membahasnya berdua dihari saat wisudaku.
Orang tuaku berkata:
“Kalo kamu gak menikah dengan Arby, kamu bukan anak Ayah Ibu lagi Nay! Cam kan itu baik-baik yah Nay!”
Dan, orang tua Ghulam berkata:
“Kamu harus lulus S2 dan professional dulu, hingga kamu bisa mengentaskan pendidikan adik-adikmu baru menikah. Faham?”
Tuhan..
Aku mencintai Ghulam lebih dari apapun di dunia ini
Aku merasa seperti tak lagi bisa jatuh cinta kepada lelaki lain selain dia
Tuhan..
Aku tak pernah meminta semua ini,
Rasa ini..
Juga cinta ini..
Dimana salahkuh kenapa Engkau menghukumku dengan situasi sulit ini?
Tuhan..
Bukankah ini takdir-Mu?
Yang mempertemukan kita di dua kali kesempatan yang sama?
Tuhan..
Aku hanya ingin Dia, Ghulam yang menggandeng tanganku untuk menuju kepada-MU
Hanya ingin dia pengabdian terakhirku setelah kedua orang tuaku
Dengannya menghuni surga-Mu
Tuhan..
Apakah aku berlebihan?
Tuhan..
Cemburu kah Engkau karena cintaku terhadapnya?
Karena memang Engkau si empunya Maha,
Tentunya engka Maha Pencemburu Tuhan.
Tuhan..
Akankah rasa ini selamanya?
Sedang Kau sudah men-Nash,
Bahwa, tak ada yang abadi didunia ini
Begitukah juga dengan cintaaku?
Lalu cintaku padanya?
Tuhan,
Jika boleh meminta dan pasti dikabulkan,
Aku ingin hidup bersama Ghulam selamanya,
Tak terbendung masa lagi
Hanya satu itu saja pintaku di dunia ini
Jika masih terlalu berat,
Bolehkan kubeli satu pintaku itu dengan ibadahku?

2 komentar:

  1. ohh... jadi terharu membacanya
    tak terasa air mata ini bercucuran

    Berita selebritis terbaru

    BalasHapus
  2. Aiiih aiiih
    Padahal belum baca.. Langsung ngomen

    BalasHapus