Ekspose Budaya Bima
Hari kamis tanggal 4 Juli 2015 kemarin, berbagai macam
kebudayaan Nusantara ditampilkan tepatnya pada acara DIES NATALIES Ke-51
UNIVERSITAS MERDEKA (UNMER) MALANG.
Acara festival seni budaya Indonesia yang diselenggarakan
oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UNMER tersebut bisa dibilang sangat
spektakuler. Bagaimana tidak, acara yang dilaksanakan mulai pada pukul 2.00 WIB
ini, menampilkan puluhan kebudayaan di Indonesia yang langsung ditampilkan oleh
putra-putri asli dari kebudayaan tersebut. Mulai dari kebudayaan dari Papua
Hingga paling barat Indonesia yaitu Sumatera, rasanya tidak ada yang tertinggal
untuk memperkenalkan budaya-budayanya yang sedikit dibubuhi oleh kreatifitas
mereka sendiri itu. Ada yang menampilkan tari tradisional, menyayikan lagu
tradisionalnya, pakaian adat, hingga kuliner khas daerah-daerah tersebut.
Tidak mau ketinggalan, salah satu kebudayaan daerah Bima-pun
ditampilkan diantara puluhan kebudayaan daerah lainnya dalam acara tersebut.
Adalah salah satu lagu historis traditional Bima, “Pasapu Monca” yang
dilantunkan oleh saya sendiri didampingi seorang mahasiswi bernama Uswatun
Hasanah (asal Wawo), mahasiswi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang.
Lagu yang mengisahkan tentang seorang wanita yang begitu
merindukan kekasihnya yang telah meninggal dan hanya menitipkan potongan kain
kuning tersebut pun kami lantukan dengan maksimal dalam busana seadanya. Kami
tidak sempat melakukan persiapan apapun sebelumnya dikarenakan kami telat
mendapatkan info tentang adanya even budaya besar tersebut. Kami mempersiapkan latihan
untuk lagu tersebut pada malamnya sehari sebelum pentas, tepatnya pada hari
rabu pukul 7.30 yang latihannya bertempat di lantai Rektorat UIN Maliki Malang.
Untungnya, Uswatun sendiri mempunyai “Baju Bodo”, salah satu pakaian adat
wanita Bima, yang dikirimkan dari Bima oleh keluarganya sebelumnya. Sehingga,
kamipun tampil seadanya dimana Uswatun memakai “Baju Bodo” dan saya sendiri
yang hanya memakai kemeja dan celana kain biasa. Sayapun sebenarnya tidak bisa
berkata apa-apa lagi karena hanya bisa menampilkan kebudayaan Bima dengan
sangat minim menggunakan pakaian yang biasanya saya pakai untuk kuliah itu.
Tentu saja, keadaan ini membuat saya kecewa, yang mana
sebenarnya sekarang pemerintah Kabupaten dan Kota Bima sedang gencar-gencarnya
mengglobalisasikan kebudayaan Bima tetapi jarang sekali memperhatikan dan
mendukung putra-putri atau Duta daerah Bima diluar kota yang juga mengenalkan
kebudayaan daerah tercinta ini. Padahal untuk keperluan kebudayaan itu sendiri,
menurut hemat saya, pastinya tidak akan menguras ataupun mengambil biaya yang
cukup banyak, seperti pengadaan pakaian (busana) tradisional Bima lengkap
dengan atribut-atributnya, alat musik tradisional daerah Bima, buku-buku
mengenai kebudayaan Bima, dan para penari tarian tradisional Bima yang
professional untuk melatih para duta daerah Bima tersebut. Setelah pengadaan
semua barang-barang yang diperlukan tersebut dilakukan tinggal manajemen
selanjutnya diserahkan kepada Organisasi Induk daerah Bima di Malang, KELUARGA
KERUKUNAN PELAJAR DAN MAHASISWA BIMA (KKPMB) Malang, untuk mengurusnya.
Sehingga pada akhirnya ajang kreatifitas Mahasiswa di Malang Raya bisa muncul
sebagaimana yang diinginkan bersama yang tentu saja nantinya membawa keuntungan
balik (Feedback) bagi Daerah Bima berupa kebudayaan yang sudah dikenal massa
dan sebagainya.
Kesimpulannya, kami, putra-putri Bima, siap mengabdi untuk
tanah tercinta “Dana ro rasa Mbojo”.
Terima kasih,
Terima kasih,
Fitrah Ramadhan, Mahasiswa S1 Bahasa dan Sastra Inggris –
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
0 komentar: