Ekspose Budaya Bima

09.52 Unknown 0 Comments

Lantunan Lagu “Pasapu Monca” di Tanah Malang Raya

 Hari kamis tanggal 4 Juli 2015 kemarin, berbagai macam kebudayaan Nusantara ditampilkan tepatnya pada acara DIES NATALIES Ke-51 UNIVERSITAS MERDEKA (UNMER) MALANG.
Acara festival seni budaya Indonesia yang diselenggarakan oleh Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UNMER tersebut bisa dibilang sangat spektakuler. Bagaimana tidak, acara yang dilaksanakan mulai pada pukul 2.00 WIB ini, menampilkan puluhan kebudayaan di Indonesia yang langsung ditampilkan oleh putra-putri asli dari kebudayaan tersebut. Mulai dari kebudayaan dari Papua Hingga paling barat Indonesia yaitu Sumatera, rasanya tidak ada yang tertinggal untuk memperkenalkan budaya-budayanya yang sedikit dibubuhi oleh kreatifitas mereka sendiri itu. Ada yang menampilkan tari tradisional, menyayikan lagu tradisionalnya, pakaian adat, hingga kuliner khas daerah-daerah tersebut. 

Tidak mau ketinggalan, salah satu kebudayaan daerah Bima-pun ditampilkan diantara puluhan kebudayaan daerah lainnya dalam acara tersebut. Adalah salah satu lagu historis traditional Bima, “Pasapu Monca” yang dilantunkan oleh saya sendiri didampingi seorang mahasiswi bernama Uswatun Hasanah (asal Wawo), mahasiswi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang.

Lagu yang mengisahkan tentang seorang wanita yang begitu merindukan kekasihnya yang telah meninggal dan hanya menitipkan potongan kain kuning tersebut pun kami lantukan dengan maksimal dalam busana seadanya. Kami tidak sempat melakukan persiapan apapun sebelumnya dikarenakan kami telat mendapatkan info tentang adanya even budaya besar tersebut. Kami mempersiapkan latihan untuk lagu tersebut pada malamnya sehari sebelum pentas, tepatnya pada hari rabu pukul 7.30 yang latihannya bertempat di lantai Rektorat UIN Maliki Malang. Untungnya, Uswatun sendiri mempunyai “Baju Bodo”, salah satu pakaian adat wanita Bima, yang dikirimkan dari Bima oleh keluarganya sebelumnya. Sehingga, kamipun tampil seadanya dimana Uswatun memakai “Baju Bodo” dan saya sendiri yang hanya memakai kemeja dan celana kain biasa. Sayapun sebenarnya tidak bisa berkata apa-apa lagi karena hanya bisa menampilkan kebudayaan Bima dengan sangat minim menggunakan pakaian yang biasanya saya pakai untuk kuliah itu.

Tentu saja, keadaan ini membuat saya kecewa, yang mana sebenarnya sekarang pemerintah Kabupaten dan Kota Bima sedang gencar-gencarnya mengglobalisasikan kebudayaan Bima tetapi jarang sekali memperhatikan dan mendukung putra-putri atau Duta daerah Bima diluar kota yang juga mengenalkan kebudayaan daerah tercinta ini. Padahal untuk keperluan kebudayaan itu sendiri, menurut hemat saya, pastinya tidak akan menguras ataupun mengambil biaya yang cukup banyak, seperti pengadaan pakaian (busana) tradisional Bima lengkap dengan atribut-atributnya, alat musik tradisional daerah Bima, buku-buku mengenai kebudayaan Bima, dan para penari tarian tradisional Bima yang professional untuk melatih para duta daerah Bima tersebut. Setelah pengadaan semua barang-barang yang diperlukan tersebut dilakukan tinggal manajemen selanjutnya diserahkan kepada Organisasi Induk daerah Bima di Malang, KELUARGA KERUKUNAN PELAJAR DAN MAHASISWA BIMA (KKPMB) Malang, untuk mengurusnya. Sehingga pada akhirnya ajang kreatifitas Mahasiswa di Malang Raya bisa muncul sebagaimana yang diinginkan bersama yang tentu saja nantinya membawa keuntungan balik (Feedback) bagi Daerah Bima berupa kebudayaan yang sudah dikenal massa dan sebagainya.
Kesimpulannya, kami, putra-putri Bima, siap mengabdi untuk tanah tercinta “Dana ro rasa Mbojo”.
Terima kasih, 

Fitrah Ramadhan, Mahasiswa S1 Bahasa dan Sastra Inggris – Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

0 komentar: